SEMOGA AKU LULUS
SEMOGA AKU LULUS
Senin, 27 April adalah hari pertama bagi Musdalifah untuk berangkat les dalam rangka persiapan SBMPTN tahun ini. Ia diantar oleh maminya menggunakan mobil menuju Pusat Bimbingan Belajar Ganesha Operation. Semua perlengkapan untuk les telah dipersiapkan sejak kemarin. Mulai dari buku, alat tulis, dan papan alas ujian telah dimasukkan ke dalam tas. Semua barang telah tertata rapi. Ia tidak lupa membawa bekal berupa roti dan susu untuk waktu istirahat. Ia juga tidak lupa untuk mematikan semua lampu di dalam rumah, mengunci pintu garasi dan pintu gerbang. Kemudian, mami mulai menyalakan mesin mobil selama 10 menit dan mulailah berangkat.
Panas terik raja siang dan udara polusi yang mulai lepas landas tidak menyurutkan niatnya untuk pergi ke tempat les. Mereka tampak tenang selama perjalanan berlangsung. Tiba-tiba, saat menuju ke Kota Magelang, jalan mulai macet karena dipadati oleh kendaraan yang ingin cepat sampai di tempat kerja. Para pengamen mulai beraksi dengan berbagai alat musik sebagai senjata ampuhnya. Akibatnya, ia datang 10 menit lebih terlambat karena kejadian itu. Dengan terburu-buru ia mencium tangan maminya dan kemudian ia keluar dari mobil dan menutup pintu mobil itu. Ia mulai lari sekencang-kencangnya menuju kelas. Namun, ia tidak tahu letak kelas tersebut. Ia langsung membuka kertas kuitansi untuk melihat kelasnya.
“Di kuitansi ini tertulis kelas 3 IPA SI 1. Di mana letak kelasku? Ah! Aku mengintip saja lewat kelas.”, ujarnya dengan rasa bimbang.
Namun, ketika ia mencari letak kelas itu, ia dikejutkan dengan kehadiran guru Ekonomi yang bernama Bu Iqlima.
“Lho? Kamu musdalifah, kan? Tumben kamu datang lagi ke sini. Untuk apa kamu datang lagi ke sini? Bukankah kamu seharusnya sudah kuliah?”, tanya Bu Iqlima.
“Saya memang Musdalifah, Bu. Saya datang ke sini untuk les persiapan SBMPTN tahun ini. Sebelumnya, saya pernah kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang tetapi saya sudah keluar sebelum ujian akhir semester awal karena kuliahnya tidak menyenangkan. Makanya, saya sengaja datang ke sini untuk mengulang tes tahun ini.”, jawab Musdalifah sambil menghela nafas.
“Kebetulan saya sedang mencari ruang kelas. Menurut kuitansi ini, saya tercatat sebagai siswi kelas 3 IPA SI 1. Di mana ruangannya, Bu?”, tanya Musdalifah.
“Oh... Kamu sedang mencari ruang kelas? Kelas kamu ada di ruang L. Jadi, kamu tinggal belok kanan saja.”, jawab Bu Iqlima dengan tenang.
“Baiklah, Bu! Terima kasih atas arahannya.”, ucap Musdalifah sambil tersenyum.
“Sama-sama, Musda.”, balas Bu Iqlima sambil meninggalkannya menuju ke ruang kelas.
Atas arahan dari beliau, ia bergegas menuju ruang L. Lalu, ia mengetuk pintunya dengan keras hingga guru dan teman-temannya terkejut.
“Assalamu’alaikum, Bu!”, sapanya dengan terburu-buru kepada Bu Maya yang merupakan guru Matematika di bimbel itu.
“Wa’alaikum salam, Musda! Silahkan masuk! Ini baru saja dimulai.”, jawab Bu Maya dengan tersenyum.
Akhirnya Musdalifah mulai beradaptasi dengan adik kelasnya yang baru saja telah menempuh Ujian Nasional tahun ini. Karena ia datang terlambat, ia terpaksa duduk paling belakang. Ia juga mulai berkenalan dengan adik kelasnya. Mayoritas mereka masih baru dan berstatus sebagai pelajar SMAN 1 Magelang.
Selama Musdalifah mengikuti KBM, ia jarang sekali menonton berbagai acara di TV terutama acara musik dangdut. Ia lebih aktif dalam persiapan SBMPTN seperti rajin mengikuti KBM, rajin mengikuti Try Out SBMPTN seminggu sekali, rajin meminta tambahan, berkonsultasi kepada kepala cabang, dan mengulang pelajaran yang diajarkan oleh gurunya di rumah. Alhasil, hasil Try Out tersebut mengalami peningkatan. Ia semakin semangat dalam belajar. Namun, ia sadar bahwa ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri terutama dalam bercita-cita. Ia tidak ingin diibaratkan bagai air di atas daun talas. Ia sudah mantap bercita-cita sebagai sastrawan Indonesia karena sudah terbiasa dalam menulis karya sastra termasuk puisi.
Ketika pendaftaran SBMPTN dimulai, ia memilih kelompok campuran karena salah satu program studi pilihannya berasal dari bidang soshum yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia dari Universitas Diponegoro. Sementara dua program studi dari bidang saintek diantarnya Matematika dari Universitas Negeri Yogyakarta dan Budidaya Perairan dari Universitas Diponegoro. Ia melakukan pendaftaran tersebut secara online. Kartu tanda peserta telah tercetak di printer dan ia berhasil menemukan lokasi ujiannya.
“Bagaimana, Musda? Apakah pendaftarannya sudah selesai? Dan di mana kamu akan mengikuti ujian?”, tanya mami kepada Musdalifah.
“Mami memintaku tes di Yogyakarta, kan? Lokasinya di Gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga tepatnya di ruang 408. Alamatnya di Jalan Marsda Adi Sucipto Yogyakarta.”, jawab Musdalifah dengan tegas.
“Waduh! Berarti, kita harus melihat lokasi dari jauh hari. Soalnya di Yogyakarta pasti padat sekali dengan kendaraan. Sementara adikmu harus mengikuti ulangan kenaikan kelas dan kemah pramuka akhir tahun. Oleh karena itu, kita akan pergi ke Yogyakarta pada tanggal merah supaya lebih cepat lebih baik.”, ujar mami kepada Musdalifah.
“Masya Allah, mami! Itu ‘kan bisa kita lihat sehari sebelumnya. Kalau dengan alasan seperti itu, ya sudah. Tetapi saya khawatir bila belajarku terganggu.”, sahut Musdalifah dengan kesal.
Jum’at, 5 Juni adalah hari terakhir Musdalifah mengikuti KBM. Ketika KBM telah berakhir, ia bertanya kepada Bu Irma selaku guru Kimia.
“Bu, bagaimana cara menulis alamat dan nomor telepon pada saat mengikuti ujian?”, tanya Musdalifah.
“Kamu tinggal menuliskan alamat rumah dan nomor HP kamu.”, jawab Bu Irma dengan tenang.
Akhirnya Musdalifah mengerti sekarang. Ia mulai tahu tentang ilmu yang akan dipelajari untuk ujian tulis hingga tata cara pendaftaran SBMPTN. Kini, ia harus mendalami materi yang menurut ia kurang seperti Kimia dan Biologi untuk TKD Saintek, Bahasa Inggris untuk TKPA, dan Ekonomi untuk TKD Soshum. Hingga H-1, ia tinggal mempelajari Ekonomi dan Biologi saja. Ia hanya mempelajari materi yang sering keluar dalam SBMPTN dari masing-masing mata pelajaran.
“Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin. Akhirnya selesai juga. Sekarang saya tinggal mempersiapkan alat tulis, kartu tanda peserta, papan alas ujian, ijazahku, dan mukenah.”, ujar Musdalifah.
Semua perlengkapan sudah siap. Kini, ia tinggal mandi dan berdandan. Menjelang matahari terbenam, ia dan sekeluarga berangkat dari Magelang menuju Yogyakarta menggunakan mobilnya. Tepat pukul 7 malam mereka tiba di hotel Wisma Magister Manajemen Universitas Gajdah Mada dan menempati kamar yang sudah dipesan. Sebelum tidur, ia melaksanakan salat Isya dan setelah itu ia pergi tidur.
Tepat pada hari Selasa tanggal 9 Juni Musdalifah beserta seluruh peserta senasib sepenanggungan mulai melaksanakan SBMPTN tahun ini. Ia tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal. Keesokan harinya, ia datang ke bimbel mencocokan hasil jawabannya dengan kunci jawaban yang didatangkan dari Bandung. Dari hasil passing grade yang diperoleh, ia diprediksi diterima di Universitas Diponegoro dengan program studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Kini, ia mulai bersyukur karena masih berpeluang besar untuk lulus. Ia berharap agar pengumuman nanti, ia bisa diterima di universitas beserta program studi pilihannya.
SELESAI

Komentar
Posting Komentar